Cara Mengatasi Musibah Yang Tak Kunjung Selesai - Komputerboy World | Download Software dan Game Gratis

Komputerboy World | Download Software dan Game Gratis

Tempatnya Download Software dan Game Gratis

Breaking

Friday, July 11, 2014

Cara Mengatasi Musibah Yang Tak Kunjung Selesai


Dalam hidup, adakalanya manusia dikaruniai anugerah dan musibah sekaligus. Ketika anugerah datang, manusia tak sungkan untuk tersenyum dan mensyukurinya sebagai nikmat. Lain halnya jika yang datang adalah musibah, seseorang lantas bersedih seraya meratapi nasib buruk yang menimpanya.
Lalu, apa sebenarnya musibah itu? Apakah setiap musibah yang menimpa seseorang merupakan bencana dan azab untuknya? Dan, bagaimana seharusnya seorang muslim menyikapi musibah yang menderanya?
Jika ditelusuri secara seksama, ada 10 kali kata musibah disebut dalam al-Quran, sementara 67 kali kata yang seakar dengan kata musibah disebut. Ibnu Manzur dalam kamus "Lisan al-Arab" menulis, musibah berasal dari kata ashâba-yushîbu yang berarti "menimpa," "malapetaka," dan "bencana". Sedangkan Muhammad Quraish Shihab dalam "Tafsir al- Mishbah" Juz I mengartikannya sebagai "sesuatu yang menimpa atau mengenai."
Persoalannya, kebanyakan manusia menghubungkan musibah dengan keburukan, padahal kata pengajar Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta itu, mungkin apa yang dianggap buruk bagi seseorang, sebenarnya baik untuknya.
Mengenai hal itu, Allah berfirman dalam surat al-Baqarah:
"Boleh jadi kamu sangat tidak menyukai peristiwa yang menimpa diri kamu, padahal itu sangat baik sekali bagimu. Boleh jadi sesuatu itu yang sangat kamu sukai, padahal sesuatu itu yang sangat tidak baik bagi kamu. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui, kalian tidak tahu apa-apa" (Q, 2: 216).
Alquran mengisyaratkan, ketika musibah menimpa seseorang, hal itu disebabkan oleh ulah dan tingkah laku seorang hamba. Berbeda dengan bala, juga diartikan sebagai malapetaka atau bencana, yang disebut dalam Alquran sebagai sesuatu yang datang atas izin Allah SWT.
Bencana bisa berarti "menguji" atau juga "menampakkan". Sehingga, jika ia didatangkan kepada seorang hamba, Tuhan bermaksud untuk mengujinya. Dengan demikian, seseorang yang diuji berarti ditampakkan kemampuannya.
Begitulah cara Tuhan menguji keimanan hamba-Nya. Terkait hal ini, Allah berfirman dalam surat al-Mulk: "Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya". (Q, 67: 2).

Jika meresapi makna ayat Alquran di atas, semestinya manusia berpikir bahwa musibah merupakan bentuk lain dari kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya. Ia bisa dimengerti sebagai cara Tuhan menegur seorang hamba untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah) atau bentuk peringatan (tadzkirah) bagi pola hidup yang dijalani selama ini.
Dengan ujian itu, manusia diharapkan mampu mencari hikmah di balik peristiwa yang menimpanya. Sederet peristiwa atau musibah menimpa memang membuat seseorang nestapa. Tapi, boleh jadi Tuhan menganggap apa yang bakal terjadi itu tidak tepat bagi dia. Atau malah belum waktunya seseorang menerima itu. Itulah yang perlu direfleksikan oleh seseorang
Kadang manusia menganggap sesuatu tidak baik padahal ia sangat baik. Sebaliknya, kita menganggap sesuatu itu tidak baik, padahal sangat baik bagi kita. Jadi, sangat mungkin sekali bahwa musibah yang menimpa diri kita saat ini sebenarnya bentuk kasih sayang-Nya, karena Allah sedang memilihkan sesuatu yang terbaik bagi kita dunia dan akhirat.
Begitulah Islam menyarankan seseorang menyikapi musibah yang menderanya. Sebab, karunia yang dilimpahkan kepada manusia lebih banyak kadarnya jika dibanding dengan musibah yang diterima. Karena itu, manusia harus selalu mengoreksi tingkah laku dan perbuatannya terhadap Tuhan, sesama, dan dirinya sendiri.

No comments:

Post a Comment

Pages